"Oh Nurul kuliah di Al Hikmah? Ambil jurusan apa?"
"Iya kak, tapi masih i'dad, hehe. Aku ambil di STIU nya, jurusan tafsir hadits."
"Oh kelas pagi ya. Terus selain kuliah kegiatannya apa?"
"Ngajar aja paling kak."
"Oia sama berarti kayak saya. Kok bisa kenal ridho, di mana kenalnya?"
"Di cave kak, kita satu lembaga training. Dulu sih awalnya juga gak kenal sama dia karena kan dulu ikhwan akhwat gak begitu nyatu banget. Pas dibuat tim aja baru aku kenal ridho."
"oh gitu, subhanallah ya 85 alumninya trainer semua."
"Kakak kuliah dimana?"
"Saya dulu kuliah di UI fakultas Hukum lulus tahun 2011. Sekarang juga sama masih aktif ngajar sama kuliah lagi. Yaa kuliahnya hampir sama lah kayak Al Hikmah."
"Lho kakak di fakultas hukum? Kenal kak Fahmi dong kak?"
"Oh kak Fahmi yang dulu mas'ul LDF FH? Itu mah saya kenal. Beberapa hari lalu kan istrinya baru lahir anak kedua, saya habis ikut aqiqah anaknya kemarinan. Istrinya kan anak UI juga, masih kuliah, dia anak FISIP. Nurul kenal Fahmi dimana?"
"oalah, aku baru tahu kak. Tahunya dulu pas lahir anak pertama. hehe. Iya bener kak istrinya anak FISIP. Kalau aku kenal kak Fahmi dulu di FPRJ kak, di Masjid Al Ikhlas Pasar Minggu."
"Lho Nurul di Al Ikhlas juga?"
"Gak kak, itu dulu, sekarang udah gak lagi. hehe. Subhanallah dunia sempit banget ya kak. Hehe"
"Ya iya kalau di dunia da'wah mah emang ketemunya ya dia lagi dia lagi."
Begitulah percakapan antara saya dengan kakak yang lembut tata bicaranya (bahkan saya lupa bertanya siapa nama beliau) sesaat setelah saya selesai mengisi training di sebuah SMP di sudut kota Jakarta. Itu percakapan yang saya tulis adalah yang saya ingat alurnya seperti itu, mungkin dialognya tidak terlalu sama seperti yang saya tulis. :D Dan pembicaraannya masih puanjanggg sekali, jadi saya cut beberapa dialognya.
Saya merasa terinspirasi dari sikap tawadhu beliau (walau beliau lupa dengan saya, padahal itu pertemuan saya dengannya yang kedua kalinya :'( ). Beliau adalah salah satu alumni SMP tersebut yang ikut mengawasi kegiatan ROHIS pada saat itu. Pembicaraan hangat yang dimulai dari sapaan hangat. Ahh, beliau sejenak mengingatkan saya betapa harus serius untuk berda'wah. Serius, fokus. Da'wah itu tidak bisa maksimal jika kita sendiri belum bisa fokus (menurut pemikiran beliau). Tapi, saya setuju dengan beliau, kita harus fokus dan maksimal berda'wah. Harus serius.
Beliau bisa saja ketika lulus kuliah memutuskan untuk kerja kantoran. Ya, bisa saja. Apalagi beliau lulusan universitas ternama di Indonesia. Ahh, tapi itu hanya pikiran saya saja. Saya merasa kagum ketika beliau memutuskan untuk tidak kerja kantoran dikarenakan beliau ingin fokus membangun pondasi-pondasi da'wah di sekolah lamanya. Yaa, ketika itu saya merasa kagum kepada beliau. Ketika beliau bilang,
"Da'wah itu memang harus fokus, kalau kita kerja kantoran, kita gak akan bisa fokus berda'wah. Apalagi kerja kantoran itu full time. Sudah gak ada kesempatan lagi untuk bisa fleksibel bagi waktu seperti sekarang ini. Makanya sekarang saya ngajar juga kayak Nurul, biar bisa balik lagi ke sekolah."
Subhanallaah, beliau merupakan salah satu mujahidah da'wah yang saya temui. Betapa beliau mengorbankan segalanya demi da'wah.
-Da'wah adalah cinta. Dan cinta, akan meminta segalanya darimu.-
Selamat berjuang para penggiat da'wah. Semoga amalmu menjadi catatan jariyah yang tak akan pernah putus pahalanya.