RSS

Kado Pernikahan Untuk Istriku, #Kupinang Engkau Dengan Hamdalah #2

 Bismillaah..
Dengan memohon kekuatan Allah, izinkan saya meneruskan tulisan saya sebelumnya, yang belum membaca tulisan sebelumnya, sila baca Kado Pernikahan Untuk Istriku, Kupinang Engkau Dengan Hamdalah #1. Jujur aja, pas baca bagian ini asli saya netesin air mata. Gak tahu ini karena efek lebay atau gimana. Atau mungkin saya bacanya terlalu mendramatisir, atau bisa juga karena saya cengeng. Atau bisa juga........ Bisa juga karena hmm.. bisa juga karena sebab-sebab lainnya. Oke temans, silaa baca artikelnya hati-hati dan dengan hati ya. Hehe. Semoga Manfaat.

2. Wanita Boleh Mengajukan Diri 
Ada empat wanita yang dimuliakan Allah ta'ala yag mengajukan diri. Siapakah dia? Yaps, salah satunya adalah Ibunda Khadijah bin Khuwailid, seorang yang melahirkan wanita mulia lainnya dari rahimnya yang suci, Fathimah Az-Zahra. Rasulullah begitu mencintai Khadijah, hingga seringkali Aisyah dibuat cemburu atasnya.

Aisyah pernah berkata, "Tidak pernah aku merasa cemburu kepada seorang pun dari istri-istri Rasulullah seperti kecemburuanku terhadap Khadijah. Padahal aku tidak pernah melihatnya. Tetapi Rasulullah seringkali menyebut-nyebutnya. Jika ia memotong seekor kambing, ia potong-potong dagingnya, dan mengirimkannya kepada sahabat-sahabat Khadijah."

Maka aku (Aisyah) pun berkata kepadanya (Rasulullah), "Sepertinya tidak ada wanita lain di dunia ini selain Khadijah...!"

Maka berkatalah Rasulullah, "Ya, begitulah ia, dan darinyalah aku mendapat anak."

Dalam riwayat lainnya dikisahkan, suatu saat Aisyah merasa cemburu, lalu berkata, "Bukankah ia hanya seorang wanita tua dan Allah telah memberi gantinya untukmu yang lebih baik dari padanya?"

Maka beliau pun marah sampai berguncang rambut depannya. Lalu beliau berkata, 
"Demi Allah! Ia tidak memberikan ganti untukku yang lebih baik daripadanya. Khadijah telah beriman kepadaku ketika orang-orang masih kufur, ia membenarkanku ketika orang-orang mendustakanku, ia memberikan hartanya kepadaku ketika manusia yang lain tidak mau memberiku, dan Allah memberikan kepadaku anak darinya dan tidak memberiku anak dari yang lain."

Maka aku berkata dalam hati, "Demi Allah, aku tidak akan lagi menyebut Khadijah dengan sesuatu yang buruk selama-lamanya."

Ya, pernikahan antara Rasulullah dengan Khadijah berawal dari tawaran seorang wanita yang Allah muliakan, Khadijah. Khadijah menolak untuk menerima pinangan dari para bangsawan pada zaman itu dan lebih memilih seorang yang miskin dan yatim, beliau adalah Rasulullah saw. Keinginan Khadijah memiliki seorang suami yang agung, kuat, berkepribadian tinggi, dan berjiwa bersih, dan itu semua yang menjatuhkan pilihannya kepada Rasulullah, karena kriteria tersebut ada dalam diri Rasulullah.

Ketika hati Khadijah mulai terpikat dengan pesona Rasulullah, maka beliau segera meminta tolong kepada pembantu dekatnya, Maisaroh, untuk memperhatikan segala gerak-gerik Rasulullah. Laporan-laporan yang datang dari Maisarohlah yang membuat Khadijah semakin yakin dan mantap untuk segera menyampaikan "kekaguman"nya terhadap Rasulullah, "Wahai Muhammad, aku senang kepadamu karena kekerabatanmu dengan aku, kemuliaanmu dan pengaruhmu di tengah-tengah kaummu, sifat amanahmu di mata mereka, kebagusan akhlakmu, dan kejujuran bicaramu."

Setelah Khadijah menyampaikan hal itu, terjadilah proses peminangan. Pada akhirnya mereka menikah  dan Allah memberikan karunia berupa anak yang dinamakan Fathimah Az-zahra, begitu indah namanya. :)

Begitu berat makna pernikahan, temans. Pada tulisan sebelumnya, saya sudah menjelaskan bahwa pernikahan adalah sebuah Mitsaqan Ghalidza (Perjanjian yang kuat) yang Allah jelaskan langsung dalam surat cintaNYA, Al Qur'an. Begitu beratnya makna Mitsaqan Ghalidza, sehingga di dalam Al Qur'an Allah menyebutkannya hanya 3 kali saja, yaps hanya 3 kali, yaitu pada saat :
1. Allah membuat perjanjian dengan para Nabi Nuh, Ibrahim, Musa dan Isa (QS. Al Ahzab : 7),
2. Allah mengangkat bukit Thur di atas kepala Bani Israil dan menyuruh mereka bersumpah setia pada Allah (QS. An Nisaa' : 154), dan
3. Allah menyatakan hubungan pernikahan (QS. An Nisaa' : 21)

Lagi-lagi, di sini saya akan tekankan bahwa pernikahan adalah sebuah perjanjian yang kuat, Perjanjian yang kuat di hadapan Allah, temans. Ya, dihadapan Allah! Karena pada saat seorang tengah mengikrarkan ijab-qabul pada saat akad nikah, maka Allah-lah yang secara langsung tengah menjadi saksi atas perjanjian yang bisa mengguncangkan 'arsy itu. Subhanallaah.

Menikah adalah suatu penghormatan yang sangat suci dan islam-pun membolehkan jika ada seorang wanita yang ingin menawarkan dirinya kepada laki-laki yang ia yakini baik agama dan akhlaqnya untuk dijadikan imam dalam sebuah bingkai keluarga. Khadijah adalah teladan pertama bagi para wanita yang bermaksud menawarkan diri. Sikap ini menurut saya adalah sikap terhormat dan mulia.

Sikap menawarkan diri menunjukkan ketinggian akhlak dan kesungguhan untuk mensucikan diri. Sikap ini lebih dekat kepada ridha Allah dan untuk mendapatkan pahala-Nya. Yakinlah, Allah pasti akan mencatatnya sebagai kemuliaan dan mujahadah (perjuangan) suci. Tidak peduli tawarannya itu diterima atau ditolak, terutama kalau ia tidak memiliki seorang wali.

Seorang laki-laki insya Allah akan sangat hormat, setia, dan menaruh kasih sayang mendalam jika ia menerima tawaran wanita shalihah untuk menikahi. Kalau terhalang untuk menerima tawaran, insya Allah pada diri laki-laki akan tumbuh rasa hormat, segan, dan respek terhadapnya. Maka tetaplah berkhusnudzon. :)

Mungkin kisah-kisah berikut kita bisa jadikan ibroh untuk diri kita. :)
Imam Bukhari menceritakan cerita dari Anas r.a. Ada seorang wanita yang datang menawarkan diri kepada Rasulullah Saw. dan berkata, "Ya, Rasulullah! apakah Baginda membutuhkan daku?"
Putri Anas yang hadir dan mendengar perkataan wanita itu mencela sebagai wanita yang tidak punya harga diri dan rasa malu, "Alangkah sedikit rasa malunya. Sungguh memalukan, sungguh memalukan."

Anas berkata kepada putrinya itu, "Dia lebih baik darimu. Dia senang kepada Rasulullah Saw., lalu menawarkan dirinya untuk beliau!" (HR Bukhari).

Orangtua juga bisa mengambil inisiatif untuk menawarkan anak gadisnya kepada laki-laki yang telah dikenal akhlaknya. Umar bin Khaththab r.a., ayah Hafshah, adalah salah satu contoh. Imam Bukhari meriwayatkan, 

Umar bin Khaththab berkata: Saya datang kepada Utsman bin Affan, menawarkan Hafshah kepadanya.

Lalu Utsman berkata, "Nantilah, saya akan pikirkan dulu!" 
Pada waktu itu istri Utsman bin Affan, Sayyidatina Ruqaiyyah binti Rasulullah Saw. meninggal dunia ketika perang Badar berkobar. Dan Utsman diperintahkan oleh Nabi untuk mengurus istrinya. Beberapa malam kemudian, Utsman berjumpa dengan saya dan berkata, “Saya pikir, pada waktu ini saya belum berminat untuk kawin.” 

Setelah itu, saya pergi menawarkan putriku kepada Abu Bakar, "Kalau kau mau, saya akan menikahkan engkau dengan Hafshah!"
Abu Bakar diam dan tidak menjawab tawaran saya. Saya sangat marah dan kurang senang dengan sikapnya yang berbeda dengan Utsman, meski Ustman juga menolak anakku. Beberapa malam kemudian, Hafshah dipinang oleh Rasulullah Saw. Beliau sudah mengobati luka hati saya karena penolakan kedua sahabatku itu. 

Tiba-tiba Abu Bakar datang dan menemuiku sambil berkata, "Mungkin kau marah dan kurang senang kepada saya. Ketika kau menawarkan Hafshah, saya diam dan tidak menjawab sepatah pun!"

Saya jawab, "Ya, benar." 

Lalu Abu Bakar melanjutkan, "Sebenarnya saya ingin sekali menerima tawaranmu itu. Tetapi sebelum engkau menawarkan Hafshah kepadaku, aku sudah mendengar Nabi Saw. menyebut-nyebut untuk meminangnya. Dan aku tidak mau membuka rahasia beliau kepadamu. Namun, jika beliau tidak jadi menikahinya, tentu akan saya terima tawaranmu itu dengan senang hati." (Shahih Bukhari).

Tears banget kisah terakhir, semoga kisah di atas bisa dijadikan ibroh untuk kita semua, terutama untuk para wanita, bahwa menawarkan diri itu bukan sesuatu yang hina kok. Tapi tentunya menawarkan diri juga harus dengan cara yang syar'i dong ya. Ya gak sih? :) Iya aja ya :p

Tulisan ini sepertinya masih akan berlanjut, tapi bisa jadi juga gak berlanjut. Ya terserah saya dong mau dilanjutin atau gak :p Pastinya, semua tergantung mood menulis saya. Jadi mood sayalah yang memutuskan apakah tulisan ini akan berlanjut atau tidaknya. *mulai gak jelas* Anyway, tulisan ini masih saya persembahkan untuk si pipaw yang sedang mempersiapkan dirinya. Semangat persiapkan diri! Yeay! ^^v

Kado Pernikahan Untuk Istriku, #Kupinang Engkau Dengan Hamdalah #1

Ada seorang wanita yang bertanya, "Apa yang menghalangi para ikhwan untuk meminang seorang akhwat? Mengapa ikhwan banyak yang egois, hanya memikirkan dirinya sendiri?"

Ya, ini berawal dari kekhawatiran akhwat tersebut melihat fenomena para akhwat yang belum menikah, sementara usia mereka semakin hari semakin bertambah. Rasulullah saw pernah bertanya, "Apa yang menghalangi seorang mukmin untuk mempersunting istri?"

Apa yang menghalangi kita untuk menikah?
Mengapa terasa berat untuk meminang akhwat kepada keluarganya?
Apa yang menghalangi para ikhwan untuk mempersunting muslimah yang baik agamanya?
Padahal di luar sana, kemaksiatan semakin merajalela.

Shalat orang yang masih belum menikah memang sulit untuk mendapat kekhusyu'an, karena mungkin itu sebabnya Rasulullah saw bersabda, "Shalat dua raka'at yang didirikan oleh orang yang menikah lebih baik dari shalat malam dan berpuasa pada siang harinya yang dilakukan oleh seorang bujangan." 

Begitulah, derajat antara orang yang membujang dengan orang yang telah menikah, tidak akan mungkin dapat disamakan. Seorang yang membujang tidak akan menemukan sosok penyejuk hati saat fisik dalam keadaaan lelah, tidak ada sosok yang membantunya untuk meningkatkan derajat takwa kepada Allah, dan hal yang lebih negatifnya adalah seorang yang membujang pikirannya akan disibukkan oleh hal-hal yang kurang maslahat. 

-Semoga Allah menolong orang-orang yang memiliki 'Azzam untuk mencapai pernikahan dan meluruskan niatnya hanya untuk Allah sehingga nantinya akan tercapai pernikahan yang berlimpah kebarakahan dan diliputi bersama dengan keridhaanNYA yang tak terhingga-, aamiin.

Seseorang yang menikah itu artinya telah menyelamatkan setengah dari agamanya. Mari kita renungkan kembali perkataan Rasulullah saw yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah,
"Tiga orang yang akan selalu diberi pertolongan oleh Allah adalah; seorang mujahid yang selalu memperjuangkan agama Allah swt, seorang penulis yang selalu memberi penawar, dan seorang yang menikah untuk menjaga kehormatannya." (HR. Thabrani)



#Kupinang Engkau Dengan Hamdalah
Ketika niat dan tekad sudah mantap, bersegeralah menyiapkan hati untuk melangkah ke peminangan.
Berikut saya berikan poin-poinnya.

1. Mendahului Dengan Hamdalah
Imam Nawawi berkata dalam Al-Adzkaarun Nawawiyyah, orang yang meminang disunnahkan untuk memulai dengan membaca hamdalah dan shalawat untuk Rasulullah saw,
"Alhamdulillaahirobbil 'aalamiin, Allahumma sholli 'alaa Muhammad wa 'alaa ali Muhammad"
Ucapkanlah, minimal shalawat untuk Rasulullah saw, atau boleh juga shalawat yang lebih panjang yang ditunjukkan kepada keluarga beliau, para shabahat beliau, dll. Semoga dengan ini, peminangan akan menjadi barakah. Aamiin yaa robbal 'aalamiin.

Kata Imam Nawawi selanjutnya, di dalam kitab Sunan Abu Daud, Sunan Ibnu Majah, dan yang lainnya meriwayatkan melalui Abu Hurairah ra yang menceritakan bahwa Rasulullah saw pernah bersabda:
“Setiap perkataan --menurut riwayat yang lain setiap perkara-- yang tidak dimulai dengan bacaan hamdalah, maka hal itu sedikit barakahnya --menurut riwayat yang lain terputus dari kebarakahannya.” (HR Abu Daud, Ibnu Majah dan Imam Ahmad, hasan).

Diriwayatkan juga oleh Abu Daud dan Abu Hurairah, kata Ustadz Abdul Hamid Kisyik, dari Abu Hurairah ra, Nabi saw bersabda, 
“Setiap lamaran yang tidak ada syahadat di dalamnya seperti tangan yang tidak membawa berkah.”

Sesudah membaca hamdalah dan shalawat, kemudian ucapkanlah kalimat untuk menyampaikan keinginannya untuk meminang si akhwat tersebut.

Setelah peminangan disampaikan, biarkan keluarga pihak wanita mempertimbangkan. Berbagai macam jawaban yang akan diterima pihak ikhwan, dan pihak ikhwan haruslah mengedepankan sikap khusnudzon kepada keluarga pihak wanita. Bukankah ketika seorang lelaki meminang seorang wanita, berarti dia mempercayai wanita yang ia harapkan beserta dengan keluarganya? Disinilah kita akan belajar sikap tawakkal. Serahkanlah semua urusan kita hanya kepada Allah semata. 

Seorang lelaki yang telah meminang seorang wanita dengan hamdalah, berarti dia telah dimampukan oleh Allah yang Maha Besar untuk datang meminang kepada wanita tersebut. Jadi, besarkanlah Allah di hati kita karena kita hanyalah makhluk yang amat kecil dihadapanNYA. Tak bolehlah kita merasa ujub dan takabbur karena telah berhasil datang meminag kepada seorang wanita. Jauhi sikap itu, besarkanlah Tuhan kita, Allah azza wa jalla.

Ada pelajaran yang sangat berharga dari Bilal bin Rabah, muadzin kecintaan Rasulullah saw tentang meminang. Ketika ia bersama Abu Ruwaihah menghadap Kabilah Khaulan, Bilal mengemukakan:
“Saya ini Bilal, dan ini saudaraku. Kami datang untuk meminang. Dahulu kami berada dalam kesesatan kemudian Allah memberi petunjuk. Dahulu kami budak-budak belian, kemudian Allah memerdekakan...,” kata Bilal. 
Kemudian ia melanjutkan, “Jika pinangan kami Anda terima, kami panjatkan ucapan Alhamdulillah. Segala puji bagi Allah. Dan kalau Anda menolak, maka kami mengucapkan Allahu Akbar. Allah Maha Besar.” Menurut pandangan Bilal, jika pinangan diterima, maka hanya Allah yang berhak dan layak dipuji. Alhamdulillahi rabbil ‘alamin. Segala puji bagi Allah Tuhan seru sekalian alam. Pujian dalam segala bentuknya. 

Peminangan pun insya-Allah merupakan sebentuk pujian kepada-Nya dengan menjaga kehormatan atas apa yang dikaruniakan kepada kita. Ya betul jika seseorang ada yang bilang, peminangan adalah bentuk ikhtiar untuk mengagungkan Allah. Kita berusaha mengagungkan Allah dengan berusaha menghalalkan karunia Allah yaitu cinta kepada lawan jenis melalui ikatan pernikahan yang sering kita sebut dengan Mitsaqan Ghalidza (Perjanjian yang Kuat). Jadi, jika diterima pinangannya, maka ucapkanlah hamdalah (Alhamdulillah). Namun, jika ditolak, maka ucapkanlah takbir (Allahu Akbar). Dalam kondisi diterima atau ditolak, kita tetap mengagungkan Allah.

Karena, boleh jadi penolakan adalah salah satu jalan untuk bisa lebih mencapai kematangan, kejernihan niat, kemapanan, dan yang lainnya. Oleh karena itu, tetaplah berkhusnudzon kepada Allah. Penolakan juga bisa saja merupakan cara Allah untuk meluruskan niat dan orientasi kita. Kecewa? Pasti! Itu wajar, manusiawi! Tapi jangan berlarut, mulailah kembali menyusun puzzle-puzzle dan meletakkan puzzle-puzzle itu pada tempat yang tepat. Ya, luruskanlah niat kita kembali.

Mungkin perumpamaan ini bisa dijadikan ibroh untuk kita semua,
"Perahu telah berlayar. Ketika angin bertiup kencang, matikan mesin. Itulah Tawakkal."

Tetapi, jika jawaban dari keluarga pihak wanita sesuai harapan, bersyukurlah kepada Allah. Tunggu dan bersabarlah, akan tiba masanya, halal bagi kita untuk melakukan apa-apa yang diharamkan oleh Allah sebelumnya. Itulah indahnya pernikahan yang berlimpah barakah. Rasakanlah kehangatan cinta yang hadir nantinya, kehangatan yang muncul dari cinta seorang wanita yang telah mempercayakan kesetiannya kepada seorang Imam-nya. Melalui pernikahan, kita akan menemukan keindahan dan kemuliaan, Insya Allah. Tapi di saat menunggu hari bahagia itu, inilah saatnya kembali untuk menata hati agar tidak melampaui batas dan masih terjaga dalam jalur-jalur yang diridhoi olehNYA.

Semoga kalimat penutup tulisan ini bisa menjadi bahan renungan untuk kita semua, :)

... jika sikap menawarkan diri
dilakukan dengan ketinggian sopan-santun,
tidak akan menimbulkan akibat kecuali yang maslahat.
Seorang laki-laki yang memiliki pengetahuan mendalam
pasti akan meninggikan penghormatan
terhadap mujahadah saudaranya.
Tidak akan merendahkan
wanita yang menjaga kehormatannya seperti ini,
kecuali laki-laki yang rendah dan tidak memiliki kehormatan ....

__________________________________
Tulisan ini saya ambil dari buku, "Kado Pernikahan untuk Istriku", karya ust. Mohammad Fauzil Adhim dengan penambahan-penambahan kata di dalamnya. Semoga bermanfaat yaa dan selamat menikmati hidangan tulisan saya. Edisi ini spesial saya tulis untuk Alin, karena beberapa pekan lalu saya janji membuat resume seminar pra nikah di kampus ke Alin, tetapi saya belum sempat menulisnya di blog tercinta ini. Hehe. 
Alin, wait yaa. Aku masih menunggu saat yang tepat untuk menuliskannya spesial untukmu pipaw.. :p
Tulisan ini masih to be continued ya, temans. Mata saya mungkin sudah lelah, saya tiba-tiba merindukan kasur, bantal, dan guling saya. hihi. For the last, Enjoy My Site! :)