Dengan memohon kekuatan Allah, izinkan saya meneruskan tulisan saya sebelumnya, yang belum membaca tulisan sebelumnya, sila baca Kado Pernikahan Untuk Istriku, Kupinang Engkau Dengan Hamdalah #1. Jujur aja, pas baca bagian ini asli saya netesin air mata. Gak tahu ini karena efek lebay atau gimana. Atau mungkin saya bacanya terlalu mendramatisir, atau bisa juga karena saya cengeng. Atau bisa juga........ Bisa juga karena hmm.. bisa juga karena sebab-sebab lainnya. Oke temans, silaa baca artikelnya hati-hati dan dengan hati ya. Hehe. Semoga Manfaat.
2. Wanita Boleh Mengajukan Diri
Ada empat wanita yang dimuliakan Allah ta'ala yag mengajukan diri. Siapakah dia? Yaps, salah satunya adalah Ibunda Khadijah bin Khuwailid, seorang yang melahirkan wanita mulia lainnya dari rahimnya yang suci, Fathimah Az-Zahra. Rasulullah begitu mencintai Khadijah, hingga seringkali Aisyah dibuat cemburu atasnya.
Aisyah pernah berkata, "Tidak pernah aku merasa cemburu kepada seorang pun dari istri-istri Rasulullah seperti kecemburuanku terhadap Khadijah. Padahal aku tidak pernah melihatnya. Tetapi Rasulullah seringkali menyebut-nyebutnya. Jika ia memotong seekor kambing, ia potong-potong dagingnya, dan mengirimkannya kepada sahabat-sahabat Khadijah."
Maka aku (Aisyah) pun berkata kepadanya (Rasulullah), "Sepertinya tidak ada wanita lain di dunia ini selain Khadijah...!"
Maka berkatalah Rasulullah, "Ya, begitulah ia, dan darinyalah aku mendapat anak."
Dalam riwayat lainnya dikisahkan, suatu saat Aisyah merasa cemburu, lalu berkata, "Bukankah ia hanya seorang wanita tua dan Allah telah memberi gantinya untukmu yang lebih baik dari padanya?"
Maka beliau pun marah sampai berguncang rambut depannya. Lalu beliau berkata,
"Demi Allah! Ia tidak memberikan ganti untukku yang lebih baik daripadanya. Khadijah telah beriman kepadaku ketika orang-orang masih kufur, ia membenarkanku ketika orang-orang mendustakanku, ia memberikan hartanya kepadaku ketika manusia yang lain tidak mau memberiku, dan Allah memberikan kepadaku anak darinya dan tidak memberiku anak dari yang lain."
Maka aku berkata dalam hati, "Demi Allah, aku tidak akan lagi menyebut Khadijah dengan sesuatu yang buruk selama-lamanya."
Ya, pernikahan antara Rasulullah dengan Khadijah berawal dari tawaran seorang wanita yang Allah muliakan, Khadijah. Khadijah menolak untuk menerima pinangan dari para bangsawan pada zaman itu dan lebih memilih seorang yang miskin dan yatim, beliau adalah Rasulullah saw. Keinginan Khadijah memiliki seorang suami yang agung, kuat, berkepribadian tinggi, dan berjiwa bersih, dan itu semua yang menjatuhkan pilihannya kepada Rasulullah, karena kriteria tersebut ada dalam diri Rasulullah.
Ketika hati Khadijah mulai terpikat dengan pesona Rasulullah, maka beliau segera meminta tolong kepada pembantu dekatnya, Maisaroh, untuk memperhatikan segala gerak-gerik Rasulullah. Laporan-laporan yang datang dari Maisarohlah yang membuat Khadijah semakin yakin dan mantap untuk segera menyampaikan "kekaguman"nya terhadap Rasulullah, "Wahai Muhammad, aku senang kepadamu karena kekerabatanmu dengan aku, kemuliaanmu dan pengaruhmu di tengah-tengah kaummu, sifat amanahmu di mata mereka, kebagusan akhlakmu, dan kejujuran bicaramu."
Setelah Khadijah menyampaikan hal itu, terjadilah proses peminangan. Pada akhirnya mereka menikah dan Allah memberikan karunia berupa anak yang dinamakan Fathimah Az-zahra, begitu indah namanya. :)
Begitu berat makna pernikahan, temans. Pada tulisan sebelumnya, saya sudah menjelaskan bahwa pernikahan adalah sebuah Mitsaqan Ghalidza (Perjanjian yang kuat) yang Allah jelaskan langsung dalam surat cintaNYA, Al Qur'an. Begitu beratnya makna Mitsaqan Ghalidza, sehingga di dalam Al Qur'an Allah menyebutkannya hanya 3 kali saja, yaps hanya 3 kali, yaitu pada saat :
1. Allah membuat perjanjian dengan para Nabi Nuh, Ibrahim, Musa dan Isa (QS. Al Ahzab : 7),
2. Allah mengangkat bukit Thur di atas kepala Bani Israil dan menyuruh mereka bersumpah setia pada Allah (QS. An Nisaa' : 154), dan
3. Allah menyatakan hubungan pernikahan (QS. An Nisaa' : 21)
2. Allah mengangkat bukit Thur di atas kepala Bani Israil dan menyuruh mereka bersumpah setia pada Allah (QS. An Nisaa' : 154), dan
3. Allah menyatakan hubungan pernikahan (QS. An Nisaa' : 21)
Lagi-lagi, di sini saya akan tekankan bahwa pernikahan adalah sebuah perjanjian yang kuat, Perjanjian yang kuat di hadapan Allah, temans. Ya, dihadapan Allah! Karena pada saat seorang tengah mengikrarkan ijab-qabul pada saat akad nikah, maka Allah-lah yang secara langsung tengah menjadi saksi atas perjanjian yang bisa mengguncangkan 'arsy itu. Subhanallaah.
Menikah adalah suatu penghormatan yang sangat suci dan islam-pun membolehkan jika ada seorang wanita yang ingin menawarkan dirinya kepada laki-laki yang ia yakini baik agama dan akhlaqnya untuk dijadikan imam dalam sebuah bingkai keluarga. Khadijah adalah teladan pertama bagi para wanita yang bermaksud menawarkan diri. Sikap ini menurut saya adalah sikap terhormat dan mulia.
Sikap menawarkan diri menunjukkan ketinggian akhlak dan kesungguhan untuk mensucikan diri. Sikap ini lebih dekat kepada ridha Allah dan untuk mendapatkan pahala-Nya. Yakinlah, Allah pasti akan mencatatnya sebagai kemuliaan dan mujahadah (perjuangan) suci. Tidak peduli tawarannya itu diterima atau ditolak, terutama kalau ia tidak memiliki seorang wali.
Seorang laki-laki insya Allah akan sangat hormat, setia, dan menaruh kasih sayang mendalam jika ia menerima tawaran wanita shalihah untuk menikahi. Kalau terhalang untuk menerima tawaran, insya Allah pada diri laki-laki akan tumbuh rasa hormat, segan, dan respek terhadapnya. Maka tetaplah berkhusnudzon. :)
Mungkin kisah-kisah berikut kita bisa jadikan ibroh untuk diri kita. :)
Imam Bukhari menceritakan cerita dari Anas r.a. Ada seorang wanita yang datang menawarkan diri kepada Rasulullah Saw. dan berkata, "Ya, Rasulullah! apakah Baginda membutuhkan daku?"
Putri Anas yang hadir dan mendengar perkataan wanita itu mencela sebagai wanita yang tidak punya harga diri dan rasa malu, "Alangkah sedikit rasa malunya. Sungguh memalukan, sungguh memalukan."
Anas berkata kepada putrinya itu, "Dia lebih baik darimu. Dia senang kepada Rasulullah Saw., lalu menawarkan dirinya untuk beliau!" (HR Bukhari).
Orangtua juga bisa mengambil inisiatif untuk menawarkan anak gadisnya kepada laki-laki yang telah dikenal akhlaknya. Umar bin Khaththab r.a., ayah Hafshah, adalah salah satu contoh. Imam Bukhari meriwayatkan,
Umar bin Khaththab berkata: Saya datang kepada Utsman bin Affan, menawarkan Hafshah kepadanya.
Lalu Utsman berkata, "Nantilah, saya akan pikirkan dulu!"
Pada waktu itu istri Utsman bin Affan, Sayyidatina Ruqaiyyah binti Rasulullah Saw. meninggal dunia ketika perang Badar berkobar. Dan Utsman diperintahkan oleh Nabi untuk mengurus istrinya. Beberapa malam kemudian, Utsman berjumpa dengan saya dan berkata, “Saya pikir, pada waktu ini saya belum berminat untuk kawin.”
Setelah itu, saya pergi menawarkan putriku kepada Abu Bakar, "Kalau kau mau, saya akan menikahkan engkau dengan Hafshah!"
Abu Bakar diam dan tidak menjawab tawaran saya. Saya sangat marah dan kurang senang dengan sikapnya yang berbeda dengan Utsman, meski Ustman juga menolak anakku. Beberapa malam kemudian, Hafshah dipinang oleh Rasulullah Saw. Beliau sudah mengobati luka hati saya karena penolakan kedua sahabatku itu.
Tiba-tiba Abu Bakar datang dan menemuiku sambil berkata, "Mungkin kau marah dan kurang senang kepada saya. Ketika kau menawarkan Hafshah, saya diam dan tidak menjawab sepatah pun!"
Saya jawab, "Ya, benar."
Lalu Abu Bakar melanjutkan, "Sebenarnya saya ingin sekali menerima tawaranmu itu. Tetapi sebelum engkau menawarkan Hafshah kepadaku, aku sudah mendengar Nabi Saw. menyebut-nyebut untuk meminangnya. Dan aku tidak mau membuka rahasia beliau kepadamu. Namun, jika beliau tidak jadi menikahinya, tentu akan saya terima tawaranmu itu dengan senang hati." (Shahih Bukhari).
Tears banget kisah terakhir, semoga kisah di atas bisa dijadikan ibroh untuk kita semua, terutama untuk para wanita, bahwa menawarkan diri itu bukan sesuatu yang hina kok. Tapi tentunya menawarkan diri juga harus dengan cara yang syar'i dong ya. Ya gak sih? :) Iya aja ya :p
Tulisan ini sepertinya masih akan berlanjut, tapi bisa jadi juga gak berlanjut. Ya terserah saya dong mau dilanjutin atau gak :p Pastinya, semua tergantung mood menulis saya. Jadi mood sayalah yang memutuskan apakah tulisan ini akan berlanjut atau tidaknya. *mulai gak jelas* Anyway, tulisan ini masih saya persembahkan untuk si pipaw yang sedang mempersiapkan dirinya. Semangat persiapkan diri! Yeay! ^^v