Kebayang gak sih kalau kita terus-terusan bersikap egois? Coba lihat sekeliling kita, apakah mereka nyaman dengan sikap kita yang penuh dengan keegoisan?
Huft.. Ya Allah.. Ini cengeng banget deh. Sampai nangis karena barusan saja menjadi korban sikap keegoisan teman sendiri. Walaupun akhirnya aku ngalah juga, tapi gak tahu kenapa hati jadi nahan emosi T_T
Awalnya karena dari sebuah tugas akhir kuliah yang ditugaskan oleh salah satu dosen. Dosen itu mengamanahkan untuk membentuk suatu kelompok (1 kelompok terdiri dari 3 orang). Akhirnya aku menjadi 1 kelompok dengan 2 teman yang lainnya. (Maaf tak ingin menyebutkan namanya). Tugas itu sudah selesai dikerjakan sejak satu minggu yang lalu. Tapi, kami memutuskan untuk mengeprint tugasnya pas UAS mata kuliah tersebut, yaitu hari ini. Jadwal UAS mata kuliah ini jam 14.00. Yasudah aku membuat janji ke 2 teman yang 1 kelompok itu kumpul jam 13.30 untuk ngeprint tugasnya di kampus. Pas jam 12.00 aku siap-siap berangkat, ternyata hujan deras. Baiklah finally aku menunggu adzan dzuhur untuk bisa menunaikan kewajiban dulu di rumah.
Setelah sekitar jam 12.30 aku berinisiatif untuk mengeprint tugas itu di rumah ku saja. Karena takutnya kalau ngeprint di kampus, waktunya mepet. Belum lagi antrian ngeprint di kampus itu lho yang gak nahan. Belum ngejilid. Banyak banget belumnya. Akhirnya buka datanya, edit-edit lumayan banyak, setelah ok langsung print deh. Pas sudah sampai kampus, aku langsung menuju tempat fotocopy untuk jilid makalahnya. Aku minta ke mas-nya kalau covernya warna biru putih aja. Eh mas-nya bilang kalau cover depan putihnya habis, yaudah akhirnya covernya biru semua deh.
Setelah sekitar jam 12.30 aku berinisiatif untuk mengeprint tugas itu di rumah ku saja. Karena takutnya kalau ngeprint di kampus, waktunya mepet. Belum lagi antrian ngeprint di kampus itu lho yang gak nahan. Belum ngejilid. Banyak banget belumnya. Akhirnya buka datanya, edit-edit lumayan banyak, setelah ok langsung print deh. Pas sudah sampai kampus, aku langsung menuju tempat fotocopy untuk jilid makalahnya. Aku minta ke mas-nya kalau covernya warna biru putih aja. Eh mas-nya bilang kalau cover depan putihnya habis, yaudah akhirnya covernya biru semua deh.
Pas menuju ruang ujian, ketemu sama 2 temanku itu. Eh dia juga sudah print+jilid makalahnya. Argghhh ada 2 makalah kan jadinya. Pas lihat-lihat makalah yang di print dia berdua, ternyata masih banyak yang kurang rapi ketikannya. Aku menawarkan agar makalahku saja yang dikumpulin sebagai nilai tugas mata kuliah itu. Tapi 1 temanku itu bilang “yaudah yang ini aja (sambil nunjuk makalah yang sudah dia print+jilid itu) kan warnanya sama-sama ungu sama isinya”.
“Whats? Warna? Gak memikirkan esensi kerapihan isi? Gak tau apa saya udah capek-capek ngedit ulang tuh tugas demi kerapihan semuanya supaya dapet nilai maksimal?” Batinku.
Tapi tak aku pikirkan perkataan dia tadi, karena aku sibuk membaca-baca ulang materi ujiannya. Setelah pukul 14.00-16.00 aku melangsungkan ujiannya. Setelah selesai, tugas yang tadi pun dikumpulkan oleh salah satu teman sebagai koordinatornya. Terus 1 temanku yang tadi sempat kekeuh sama pendapatnya langsung bilang ke teman yang satu lagi (yang 1 kelompok denganku juga),
“tuh kumpulin makalahnya (sambil nunjuk makalah yang bercover ungu yang dia print).”
“Emang beneran mau ngumpulin yang itu?”
“Ya yang itu aja (yang bercover ungu), soalnya kan warnanya sama-sama ungu”
Teman yang 1 lagi bilang, “Kalo gw sih mau yang mana aja yang dikumpulin, terserah”
Aku langsung rapi-rapiin semuanya, laptop, kartu ujian, tempat pensil langsung aku masukkan ke tas tanpa harus ngomong apa-apa lagi ke dia. Pakai jaket, ambil hape, pakai tas, langsung keluar kelas tanpa harus izin atau bareng sama dia. Ambil kunci motor, langsung pulang. Karena hati nahan kesel, akhirnya di jalan ngebut banget ngendarain motornya. Kesel banget sekesel-keselnya orang nahan kesel di hati. Sepanjang jalan sampai nangis nahan kesel sendiri. Ini bukan pertama kalinya dia bersikap kayak gitu. Tapi udah berkali-kali. Berasa banget sakitnya atas sikapnya dia. Musyawarah dulu kek atau ngomong baik-baik kek enaknya gimana. Ini langsung ambil keputusan aja tanpa harus mempertimbangkan baik buruknya. Kalau menurutku, isi makalah tetap harus nomor 1. Gak harus sama dengan warna antara cover dan isi juga gak masalah, yang penting isinya rapi dan sesuai dengan tema makalah yang dibuat. That’s all. Percuma toh cover bagus, tapi pas dilihat isi makalah sama dosennya ternyata isinya gak sebagus dengan cover yang udah dibuat? Soo? Apakah hal ini gak akan mempengaruhi nilai tugas akhirnya? Pasti berpengaruh, pasti!
Ternyata menjadi korban keegoisan teman itu sakit banget. Sakitnya itu nahan keselnya di dalam hati. Mungkin butuh waktu untuk gak ketemu dia sampai hati sembuh dulu sakitnya. Astaghfirullah. Jauhkan aku terhadap sikap keegoisan Ya Rabb jika memang sikap keegoisan itu akan menyakiti hati orang lain. Jauhkan sejauh-jauhnya Ya Rabb. Dan tambahkanlah kekuatan hatiku untuk menghadapi orang-orang yang bersikap egois terhadapku. Aamiin :( :( :(