dakwatuna.com - Tulisan ini saya abadikan saat saya mengikuti seminar tentang persiapan pra-nikah khusus untuk akhwat yang dilaksanakan oleh LDF di kampus saya. Materinya tentang Tips dan Trik Menangani Cinta oleh
 Ustadz Salim A. Fillah. Saya mencoba merangkum ucapan-ucapan ustadz 
Salim dan menuliskan nya dengan bahasa khas saya sendiri.
Sudah 
tidak asing lagi jika akhwat-akhwat seusia saya, yang sering disebut 
kepala dua, membicarakan hal-hal berbau pernikahan. Mungkin sebagian 
orang berpendapat hal tersebut adalah hal yang berbau galau. Ya, galau 
memang jika hanya dihabiskan untuk berkhayal yang indah-indah tentang 
pernikahan, mengkhayalkan akankah pernikahan kita indah seperti cerita 
di dongeng-dongeng jadul? Atau menggalaukan siapakah ikhwan yang 
beruntung mendapatkan kita nanti??
Tak ada habisnya memang jika kita membicarakan tentang pernikahan dan tentang bagaimana cara menangani cinta dengan elegan sebelum
 waktu pernikahan itu datang. Membahas, mempelajari, dan mencari tahu 
ilmu tentang pernikahan itu perlu. Sangat perlu bahkan. Karena akan 
sangat berat rasanya pernikahan bila kita memasukinya tanpa ilmu, tanpa 
persiapan ruhiyah yang baik. Akan banyak konflik ke depannya seindah 
apapun hubungan pernikahan itu di awal, karena kita tidak menjalin 
hubungan dengan malaikat yang tanpa dosa, melainkan kita menjalin 
hubungan dengan manusia, yang tidak sempurna, yang penuh khilaf.
Pernikahan
 itu bukanlah untuk digalaukan, bukan pula tabu untuk dibicarakan meski 
kebanyakan orang berpendapat masih terlalu dini bicara pernikahan. 
Justru sebelum ke sana, kita (terutama akhwat) harus banyak persiapan, 
mulai dari persiapan yang sepele, sampai ke persiapan-persiapan krusial.
 Saat akhwat beranjak baligh, orang tua harus memaparkan tentang bagaimana seharusnya akhwat bersikap, berfikir dan bertindak.
 Mulai dari cara akhwat berpakaian, cara bergaul dengan lawan jenis, 
cara akhwat bersikap kepada orang tuanya, dan hal-hal lain yang dapat 
“mempercantik” pribadi akhwat. Semua dibingkai dalam nuansa Islami. Memantapkan hati akhwat untuk bersungguh-sungguh mencintai Allah, bersungguh-sungguh mencintai Rasul-Nya.
Saat
 hati ini telah mantap dengan segala ketentuan Allah, tentunya akan 
mudah bagi akhwat untuk menerima segala ketentuan yang telah Allah 
tetapkan. Ingat, yang punya hati itu Allah, yang punya jodoh itu Allah, 
dan yang membolak-balikkan hati itu Allah. Sesuai dengan janji Allah, 
jodoh kita adalah cerminan diri kita. Jika kita baik Insya Allah akan 
dipasangkan dengan yang baik, begitu pula sebaliknya. Percayalah, janji 
Allah adalah sepasti-pastinya janji. Ini merupakan fase menata hati. Di
 mana kita yakin bahwa sebenarnya pasangan kita itu sudah ada, tinggal 
bagaimana cara Allah memberikannya kepada kita. Mau Allah menyodorkan 
nya baik-baik dan penuh cinta atau malah Allah marah dan melemparnya, 
kemudian berpaling muka dari kita. Saat hati ini sudah tertata dengan 
baik, Insya Allah kita tidak akan salah pilih, tidak akan terjerat dalam
 cinta lokasi yang semu dalam proses penantian jodoh kita.
Selain persiapan hati, persiapan yang lain yang tidak kalah penting adalah persiapan ILMU.
 Apakah kita punya ilmu untuk mencintai pasangan kita nanti? Bagaimana 
cara kita mengekspresikan cinta nanti? Karena cara dicintai yang 
dibutuhkan ikhwan atau akhwat itu berbeda. Misalnya ilmu dalam menangani
 masalah nanti di pernikahan. Saat akhwat harus mengupas semua masalah 
dan berbelit-belit, ternyata dihadapkan dengan pemikiran suami yang 
simple dan fokus, cenderung menyepelekan semua masalah. Saat akhwat 
menangis ketika ada masalah berat, dihadapkan dengan suami yang tidak 
mengerti esensi menangis ketika tertimpa masalah, toh masalah 
tidak akan selesai dengan menangis. Ketika akhwat cenderung mengedepan 
kan perasaannya, dihadapkan dengan suami yang lebih mengedepankan 
logika. Belum lagi jika masalah itu merupakan masalah berat, dan tidak 
ada kecocokan antara akhwat dan suaminya dalam menanggapi masalah 
tersebut dengan cara yang bijak. Maka, akan sangat berat jikalah hanya 
CINTA yang kita andalkan.
Akhwat, persiapan pernikahan tidak hanya
 terfokus pada persiapan resepsi seperti kebanyakan orang memaknainya. 
Proses persiapan menuju ke sana itu panjang. Bahkan meski kelak kita 
telah menikah pun, akan banyak lagi persiapan-persiapan yang harus kita 
pelajari, salah satunya bagaimana cara akhwat menangani cintai itu. 
Memposisikan cinta terhadap Allah sebagai sumber utama cinta itu. 
Mengusahakan bahwa tidak ada cinta yang lebih hebat melebihi
 cinta kita terhadap Allah. Persiapan tersebut akan lebih mudah kita 
laksanakan dengan ridha terhadap apapun ketentuan Allah.
Terkadang hati ini lemah, jatuh cinta sebelum waktunya, menyimpan cinta itu sendiri dan berharap Fulan akan
 menjadi suami kita kelak. Lupa bahwa ada kuasa lain selain kuasa kita 
yang lemah dan tak berdaya, lupa bahwa Allah yang Maha Menentukan. 
Ketika fakta tidak mendukung untuk terwujudnya mimpi-mimpi itu, akan 
hanya ada rasa kecewa dan hampa.
Tata lah hati ini dengan 
seindah-indahnya penataan hati. Tak salah jika rasa cinta terhadap 
seseorang kadang menghampiri hati kita. Akan tetapi, tanamkan bahwa tak 
salah pula kita membangun cinta dengan seseorang yang lain nantinya. 
Artinya, belum tentu yang dicintai dalam diam itu adalah jodoh kita, 
Allah yang Maha Mengetahui. Persiapkan saja apa yang harus dipersiapkan,
 untuk hasil percayakan pada Allah yang Maha Pemberi sebaik-baiknya 
hasil. “Ya Allah, ya Tuhan-Ku, sesungguhnya aku minta kebaikan dalan urusanku dengan ilmu-Mu”.