"Menurut ana, sosok ukhty itu inspirasi banget buat ana"
Sontak
aku terkaget dengan apa yang orang itu utarakan. "Whatssss?? Gue
menginspirasi orang itu?? Kayaknya orang itu salah banget deh! Apa yang
loe tahu tentang inspirasi mennn?"
Namaku Sari, aku memang orang
biasa, jilbabku tidak selebar daun kelor (salah konteks), maksudku
jilbabku tidak sebegitu lebarnya, aktivitasku juga biasa-biasa saja,
bahkan tidak sehebat Khadijah istri Rasulullaah atau Oky Setiana Dewi
sang pemain film Ketika Cinta Bertasbih itu (mungkin). Aku hanya
mahasiswi semester 5 yang sedang tekun mencari jati diri di sebuah Universitas di
bilangan Jakarta Selatan. Ahh lagi-lagi aku masih bingung dengan apa
yang orang itu utarakan. Kami berbeda fakultas, dia Fakultas Teknik,
sedang aku Fakultas Farmasi. Jauh sekali bukan? Ya jelas jauh, karena
jarak fakultas kami benar-benar jauh sekali.
Allah mempertemukan kami di sana, menurutku inilah yang biasa kita sebut takdir.
Lalu tak lama kemudian, akupun membalas ucapannya, "hah? gak salah?"
ia jawab dengan tegas, "iya serius. Ketika ana ngomong sama ukhty, banyak inspirasi yang ana dapetin dari ukhty"
dalam hati, "wawwww ini yang namanya gombal detected!"
lalu aku bersitegas menjawab ucapannya, "antum itu lebay banget, suerrrrr. Darimana antum dapet inspirasi coba? aktivitas ana juga biasa-biasa aja tuh gak wahh banget"
Dengan pasrah orang itu menjawab, "yaudah kalo gak percaya"
Komunikasi kami pun kamipun berakhir ketika itu, tak ada jawaban yang aku lontarkan lagi. Menurutku hal seperti ini tidak penting untuk diteruskan, semacam membuang-buang waktu saja.
Keesokan harinya kamipun menjalani aktivitas masing-masing, kuliah dan berorganisasi, benar-benar tidak ada rasa "wahh" di hatiku ketika orang itu mengungkapkan kekagumannya. "Ahh masa bodo", Batinku.
Sore itu, sambil menyusuri jalan di sekitar kampus bersama teman-teman jilbabers menuju ruang kegiatan mahasiswa, tiba-tiba aku berpapasan dengan orang itu lagi . Lagi-lagi, ini yang bisa aku sebut takdir.
Sore itu, sambil menyusuri jalan di sekitar kampus bersama teman-teman jilbabers menuju ruang kegiatan mahasiswa, tiba-tiba aku berpapasan dengan orang itu lagi . Lagi-lagi, ini yang bisa aku sebut takdir.
"Belaga masa bodo aja ah. Pura-pura gak lihat", batinku. Entah mengapa sekilas aku lihat dia menyembunyikan senyumnya dibalik wajahnya yang tertunduk. Aku yakin, ini hanya perasaanku saja. Agaknya aku sedikit berlebih-lebihan memaknai semuanya.
Hari-hari berlalu begitu cepat, dengan terlihatnya pergantian siang menjadi malam begitupun sebaliknya. Pada akhirya aku mendapat kabar bahwa orang itu telah mendirikan sebuah sekolah. Seketika telepon genggamku berdering ba'da isya.. Kringgg...kringgg...
"Wah orang itu lagi, ngapain dia tumben-tumbenan telepon", batinku. Segera kuangkat teleponnya dengan sigap.
"halo assalaamu'alaikum ukhty lagi sibuk gak? ana mau tanya-tanya sama ukhty", tanyanya.
"wa'alaikumussalam oh gak kok. Mau tanya apa?", balasku.
"ini ana butuh masukan, menurut ukhty gimana bikin kurikulum yang bagus ya? jujur aja, ana bingung karena ana gak pernah tahu bentuknya seperti apa, makanya ana minta saran dari ukhty", dia menjelaskan panjang lebar.
"oh kalo itu tinggal bla bla bla bla bla", aku menjelaskan dengan hati-hati.
"oh gitu ya ukh, oke deh syukron ya ukh. Tuh kan ana bilang apa, ukhty itu inspirasi banget buat ana", dengan lagak meyakinkan.
"ok ada yang mau ditanyain lagi? kalo gak ada, ana mau istirahat", aku mulai kesal.
"Yaudah deh ukh, met istirahat ya. Assalamu'alaikum", sambil menutup teleponnya.
"Wa'alaikumussalam", jawabku singkat.
----To Be Continued----
---------------------------------------------------
CerPen-nya saya skip dulu ya, saya mau istirahat nih. Mata sudah mulai sipit tanda harus memeluk guling. ^^
Insya Allah lain waktu saya coba ketak-ketik di blog ini. :)