RSS

Cave Adventure Expedition #GunungGede 3-5 Mei 2013 #Keberangkatan

hari itu, jumat, 03 Mei 2013.

Packingpun saya kerjakan di pagi-pagi buta, saat mentari belum menampakkan cahayanya, karena ingin mengejar waktu briefing di wamy pukul 09.00 bersama tim. Jam di kamar tengah menunjukkan jarum pendek ke angka sembilan, tetapi saya belum selesai packing barang. Huahhhhh (jedotin kepala ke kasur) 
Di sela-sela packing barang, saya ambil HP jadul saya dan segera saya ketak-ketik di grup whatsapp Cave Adventure hanya sekadar izin telat. :D

Pagi itu pukul 10.00, packing selesai. Sayapun bergegas ke ATM mengambil uang, karena persediaan uang di dompet sangat tiris. Hehe. Selesai mengambil uang, saya menyempatkan membeli roti untuk persiapan logistik selama nanjak. Hmm, semua tertunaikan. Sesampainya di rumah, saya siap untuk berangkat. Membuka gerbang, menggendong beban carrier 40L , dan menenteng logistik di dalam bungkusan plastik. Pas di depan pintu, saya baru ingat kalau saya belum makan! Begini nih kalau sedang banyak pikiran! :D
 Akhirnya..saya sempatkan makan dulu sejenak untuk mengisi perut yang kosong sedari semalam. Yippi..berangkatlah menuju wamy pukul 11.15 siang.

Sesampainya di sana, masih sepi. Hanya ada saya, Nesya, ka Sumi, Lina. Andra sedang mencetak spanduk Cave Adventure di tempat lain, sedangkan Ka Amin berbeda rombongan, beliau berangkat lebih dulu menuju Gunung Gede untuk mengurus registrasi para pendaki, yang lainnya entahlah. masih bergelut dengan kesibukan masing-masing mungkin. Okee hari semakin siang, matahari mulai meninggi dan terik, tetapi formasi belum lengkap, alhasil saya dan Alin mencari sesuap nasi sebagai makan siang kami di luar Wamy. Hmm, lahapnya makan siang kala itu, subhanallah. :D

Hari sudah semakin sore, tetapi kami masih menunggu anak-anak yang lain, Andra! huhhhh tuh anak janjinya jam 09.00, sampai sore ditunggu tidak kunjung datang. Beberapa jam kemudian, Andrapun datang, alhamdulillaah. Beliau membawa spanduk yang akan kita jadikan dokumentasi di kala kami berada di puncak Gede nanti. O-ow tak lama kemudian Andra pun berbincang kalau ka Aji ternyata jadi ikut bersama temannya dan beliau sedang di jalan menuju wamy. hmmm. Rasanya bosan menunggu.:(

Hari semakin gelap, mentari sudah mulai tenggelam menandakan bahwa sore kala itu akan segera berganti malam. Sekitas pukul 17.00, ka Aji dan antek-anteknya datang. (baca: teman-temannya), dua orang, ka Alfa dan ka Arif. Wah, ini judulnya packing ulang, karena beban yang dibawa ikhwan harus lebih berat dari beban yang dibawa akhwat. Pada akhirnya, carrier ikhwan di packing ulang. Ternyataaa!! tas ka Arif dan Ka Alfa setelah dikumpulkan, bentuknya hanya seperti tas ransel ukuran kecil cobaaa!! Antara niat dan gak niat nanjak. :D ahh itu urusan ikhwan lah, saya tidak ingin ikut campur. Beberapa waktu kemudian, semua packingan selesai dibarengi dengan adzan maghrib yang berkumandang. Waktunya menunaikan kewajiban. Berjama'ah dalam ikatan cinta bersama mereka para akhwat tangguh! Selesai menunaikan kewajiban, kali ini kami benar-benar siap berangkat. Di ruangan pojok kantor wamy itu, kami mendapat petuah-petuah dari pak Iwan, sang tetua kami. Beliau berbicara lantang sambil berdiri di atas tumpukan kursi-kursi di ruangan itu, "kalau mau nanjak jangan pernah pakai jaket, karena nanti akan keringatan ketika nanjak, nah saat jaket dan baju basah, kalian akan kedinginan karena udara di sana dingin, dan bla bla bla". Kami menganggukkan kepala dengan pelan tanda mengiyakan.

Hmm, selesai mendapatkan petuah dari sang tetua, kami mulai menggendong beban masing-masing, carrier dan day pack. Sebelum benar-benar berangkat, kami diinstruksikan untuk berbaris sebentar di depan teman-teman Cave Trainer Academy, ada ka Ika, Rini, Ka kholid, Shidiq, Faris, Pak iwan, dan yang lainnya, lalu kami berdo'a bersama untuk keselamatan safar kami, tidak lupa untuk dokumentasi keberangkatan bersama sahabat yang lain.


Bismillah...ditengah hembusan angin malam, tidak mematahkan semangat kami sedikitpun untuk berangkat menuju TKP. Menyusuri jalan setapak demi setapak, kian lama kian menjauh dari kantor itu, wamy. Di depan kantor wamy, kami menunggu charteran angkot. Setelah menunggu beberapa menit, akhirnya kami berhasil mencharter mobil menuju terminal kp Rambutan. Sesampainya di Kp. Rambutan, kami sesegera mencari Bus menuju Cibodas. Bismillah, tidak lama bus itu datang. 

"ayo mas, ayo neng cepetan naik, banyak polisi di sana, gak boleh lama-lama berhenti, ayoo cepetan, itu taro tas nya di bagasi", begitulah kenek angkot itu berbicara kepada kami sambil setengah berteriak. 

Suasana kali itu sangat riweuh, banyak bis lalu lalang, banyak penjual yang berdagang, banyak orang-orang lalu lalang sibuk mencari bis tumpangan

"akhwat tas nya di bawa masing-masing aja", teriak Andra di tengah keriweuhan kondisi waktu itu. 

Akhirnya kami memutuskan untuk membawa tas kami masing-masing dan mulai menaiki tangga-tangga ke dalam bis sembari mencari tempat duduk yang kosong. 

"ini nih di sini aja", salah satu rombongan saya (ikhwan) berbicara kepada saya sambil menunjukkan jarinya ke salah satu tempat duduk.

setelah saya lihat, ternyata di samping bangku kosong itu adalah penumpang laki-laki, 
 "ahh gak mauu", saya berkata sambil mencari-cari tempat kosong yang lainnya.

"Udah, duduk aja, semuanya laki-laki, gak ada yang cewek".

huahhh, akhirnya saya pasrah duduk di sana, dengan kondisi yang kurang nyaman, kadang berdempetan dengan sang kenek saat bapak kenek itu menagih ongkos bis kepada para penumpang. Ya Allah, begitu kah kondisi yang harus dihadapi oleh para penumpang lain setiap harinya?
Bau rokok yang menyengat pun mungkin sudah menjadi makanan sehari-hari para penumpang. Mual pada saat itu ketika saya mencium bau rokok yang menyengat. Saya ambil sudut jilbab untuk menutup hidung agar tidak mencium bau rokok tersebut. Pada saat sampai di pasar ciawi (seingat saya), banyak penumpang yang turun. Nurfa memutuskan untuk berpindah ke tempat yang kosong dan jauh dari asap rokok, ya tentunya di bagian depan bis. Tidak lama kemudian, setelah Nurfa mendapatkan kursi kosong (bagian 3 kursi), Nurfa menengok ke arah saya dan Alin, "kak di sini aja yuk, ini kosong, kita bisa bertiga". Finally saya dan Alin memutuskan untuk pindah. Ahh, nyaman sekali rasanya waktu itu. Tak perlu lagi risih karena berdempet-dempetan dengan penumpang laki-laki dan bapak kenek. Selama di dalam bis, ada beberapa pedagang yang menyuguhi dagangannya. Dan saya merasa tergugah dengan salah satu pedagang. Sosok lelaki yang mulai menampakkan kerutan di sekitar wajah meyuguhi dagangan buah melonnya yang di bawa sekitaran satu karung. Beliau menawarkan kepada para penumpang dengan santun. "Ahh, andai semua pedagang seperti beliau", batin saya.

"Ayo melonnya 15.000 satu. Di bawa pulang buat oleh-oleh di rumah. Ayo kang buah nya, boleh di coba, aya pisau, manis kang boleh di coba di sini", Celoteh beliau sambil membawa beberapa buah melon yang ditawarkan kepada setiap penumpang dengan logat bahasa sunda yang khas nan santun.

Akhirnya, bapak-bapak penjual itu banting harga, dan tetap menawarkan satu persatu sambil membawa buah melonnya kepada masing-masing penumpang.
"Ayo neng buahnya dibeli, 10.000 tiga"
Tak lama kemudian, makin banyak penumpang yang membeli dagangan bapak tersebut.
"Alhamdulillah rejeki lancar" 

Tidak lelah lelaki paruh baya itu menawarkan dagangannya, bolak-balik ke depan hingga belakang bis, dan tidak sebentar, mungkin memakan waktu hingga satu jam. Saya dapat merasakan kelelahan beliau, berbicara tak kenal lelah menawarkan dagangannya dengan nada yang kadang berteriak. Namun, sedikit demi sedikit dagangan beliau habis. Begitulah perjuangan seorang Ayah demi mencari nafkah yang halal bagi keluarganya, subhanallaah.

Beberapa jam kemudian, kami sampai di tempat tujuan, di depan Pasar Cipanas. Kami menunggu para ikhwan nego charteran mobil angkot, untuk mengangkut kami menuju ke atas. Sembari menunggu ikhwan-ikhwan itu, kami merebahkan otot-otot yang kaku selama di perjalanan tadi, terkadang meneguk minuman untuk menghilangkan dahaga. Nikmatnya kala itu, sambil merasakan hembusan angin semilir malam. Dingin.
Ini dia potret lelahnya kami sambil menunggu ikhwan-ikhwan nego harga charteran mobil untuk naik ke atas.

Chibi...chibi.. ha..ha..ha :D

"gimana nih, abangnya minta 60.000, gak apa-apa deh ya? cuma beda 5.000 doang, lagipula kasihan abangnya", (karena pada saat itu anggaran maksimal untuk charter angkot hanya 55.000).
Ok, kami memutuskan untuk naik. Bismillah. Mobil angkot itu sudah penuh dengan carrier dan day pack. Tanjakannya sangat terjal bebatuan. Kondisi jalan yang rusak membuat kami terpental-pental selama di perjalanan. -_-

Tidak lama kemudian, ka Imam melihat HP, ada sms dari ka Amin. 
"nanti kalau udah di pasar cipanas, kabari ya", isi sms nya kurang lebih seperti itu.

Wahhhh ka Amin ketinggalan di pasar Cipanas nih kayaknya. Yang lain mulai panik.

"Ayo cepetan hubungi"
"Telpon ka amin sekarang, cepetan"
"aduhhh lagi kenapa gak bilang daritadi."
"aduh gak bisa nelpon, hp ku gak ada sinyal"

Yaa begitulah keriweuhan saat itu. Di balik keriweuhan, sinyal HP sudah mulai menghilang. Ini petaka! :D
Akhirnyaaaa HP Nurfa masih menandakan adanya sinyal HP, langsunglah ka Amin di Telepon oleh ka Imam. 

"Min, ente dimana? haduhhhh.. naik ojek aja deh ke atas, nanti uangnya ane ganti"

dan tiba-tiba HP nya mati.. ini artinya sinyal sudah nihil. Wallahu a'lam dengan nasib ka Amin waktu itu. Pasrah. Tetap calm down selama di angkot.

Setelah sampai di TKP sekitar pukul 23.30, kami para akhwat di minta untuk istirahat di warung abah. Di sana ada kamar mandi, tempat sholat, wah lengkap deh. Untuk menuju warung abah, harus jalan menanjak. Ngos-ngosan rasanya waktu itu. :D Sampailah di warung abah, kami langsung menaruh sebagian tas yang berat, ada yang meneguk minuman, ada yang ngobrol-ngobrol. Ehh tidak lama kemudian, ka Amin muncul dengan membawa carrier. Wahh lega rasanya sudah sampai tujuan dengan selamat dan formasi telah lengkap.

Tepat pukul 01.30 pagi semua istirahat, untuk mengumpulkan energi mendaki di keesokan harinya.