Tidak ada kata terlambat untuk menuntut ilmu kan? :) Plis read 'n enjoy it!
Oleh: Farid Nu'man Hasan
Beberapa hari ini, kami mendapatkan beberapa pertanyaan tentang banyaknya beredarnya SMS dan BBM (Blackberry Messanger) yang menyebutkan keutamaan berpuasa pada bulan Rajab, dengan fadilah yang "wow" dan bombastis. Sayangnya
SMS dan BBM tersebut tidak menyebutkan sumber nukilan dari mana
hadits-hadits itu berasal. Pertanyaan ini, selalu berulang dari tahun ke
tahun, tahun lalu ... tahun lalu ... terus begitu, kami mendapatkan
pertanyaan serupa setiap menjelang atau awal bulan Rajab.
Berikut
ini akan kami paparkan perkataan para Imam tentang hadits-hadits
keutamaan puasa pada bulan Rajab. Semoga ini bisa diambil manfaatnya
bagisiapa saja yang objektif dan mau menerima kebenaran.
* * * * *
1. Imam Ibnu Taimiyah Rahimahullah , Beliau berkata:
وَأَمَّا
صَوْمُ رَجَبٍ بِخُصُوصِهِ، فَأَحَادِيثُهُ كُلُّهَا ضَعِيفَةٌ، بَلْ
مَوْضُوعَةٌ، لَا يَعْتَمِدُ أَهْلُ الْعِلْمِ عَلَى شَيْءٍ مِنْهَا،
وَلَيْسَتْ مِنْ الضَّعِيفِ الَّذِي يُرْوَى فِي الْفَضَائِلِ، بَلْ
عَامَّتُهَا مِنْ الْمَوْضُوعَاتِ الْمَكْذُوبَاتِ
Ada
pun mengkhususkan puasa Rajab, maka semua hadits-haditsnya adalah dhaif
bahkan palsu, para ulama tidak berpegang sedikit pun terhadapnya, dan
itu bukanlah termasuk dhaifnya riwayat tentang masalah keutamaan
(fadhaail), bahkan umumnya adalah palsu lagi dusta ... (Al Fatawa Al Kubra, 2/478, Majmu Fatawa, 25/290)
2. Imam Ibnu Qayyim Al Jauziyah Rahimahullah, berkata:
كل حديث في ذكر صيام رجب وصلاة بعض الليالي فيه فهو كذب مفترى
Semua hadits yang menyebutkan tentang puasa Rajab dan shalat pada sebagian malam-malamnya adalah dusta. (Al Manar Al Muniif, Hal. 96)
3. Imam Ibnu Hajar Al ‘Asqalani Rahimahullah, mengatakan:
قال ابن حجر : لم يرد في فضله، ولا في صيامه، ولا في صيام شئ منه معين، ولا في قيام ليلة مخصوصة منه، حديث صحيح يصلح للحجة.
“Tidak ada hadits yang menyebutkan keutamaannya, tidak pula keutamaan puasanya, tidak ada puasa khusus pada Rajab, tidak juga shalat malam secara khusus, dan hadits shahih lebih utama dijadikan hujjah (dalil).” (Dikutip oleh Syaikh Sayyid Sabiq dalam Fiqhus Sunnah, 1/453)
Imam Ibnu Hajar juga berkata dalam Kitab Tabyinul ‘Ajab, sebagaimana dikutip oleh Imam Abdul Hay Al Luknawi:
أما الأحاديث الواردة في فضل رجب أو صيامه أو صيام شيء منه فهي على قسمين ضعيفة وموضوعة
“Adapun
hadits-hadits yang ada tentang keutamaan Rajab atau puasanya atau
sedikit puasa pada bulan Rajab, terdiri atas dua bagian; yaitu dhaif (lemah) dan maudhu’ (palsu).” (Al Atsar Al Marfu’ah fil Akhbar Al Maudhu’ah, hal. 59)
4. Syaikh Sayyid Sabiq Rahimahullah berkata:
وصيام رجب، ليس له فضل زائد على غيره من الشهور، إلا أنه من الاشهر الحرم. ولم يرد في السنة الصحيحة: أن للصيام فيه فضيلة بخصوصه، وأن ما جاء في ذلك مما لا ينتهض للاحتجاج به
Puasa Rajab, tidak memiliki kelebihan apa pun dibanding bulan-bulan lainnya, hanya saja dia termasuk bulan-bulan haram. Tidak ada dalam sunah yang shahih tentang bahwa puasa pada bulan tersebut memiliki keutamaan khusus, ada pun riwayat yang ada menyebutkan tentang hal itu tidak kuat dijadikan sebagai hujjah. (Fiqhus Sunnah, 1/453)
5. Imam Ibnu Rajab Al Hambali Rahimahullah, berkata:
Ada pun puasa, tidak ada yang shahih sedikit pun tentang keutamaan puasa Rajab dari Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Salam dan tidak pula dari sahabat-sahabatnya. (Al Latha-if Al Ma'arif, Hal. 228)
5. Imam Ibnu Rajab Al Hambali Rahimahullah, berkata:
وأما الصيام فلم يصح في فضل صوم رجب بخصوصه شيء عن النبي صلى الله عليه وسلم ولا عن أصحابه
Ada pun puasa, tidak ada yang shahih sedikit pun tentang keutamaan puasa Rajab dari Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Salam dan tidak pula dari sahabat-sahabatnya. (Al Latha-if Al Ma'arif, Hal. 228)
6. Imam Al Munawi Rahimahullah berkata:
بل عامة الأحاديث المأثورة فيه عن النبي صلى الله عليه وسلم كذب
“Bahkan Umumnya hadits-hadits tentang keutamaan Rajab adalah dusta.” (Faidhul Qadir, 4/24)
Sebagai contoh:
“Sesungguhnya
di surga ada sungai bernama Rajab, airnya lebih putih dari susu dan
rasanya lebih manis dari madu. Barangsiapa yang berpuasa Rajab satu hari
saja, maka Allah akan memberikannya minum dari sungai itu.” (Status hadits: batil. Lihat As Silsilah Adh Dhaifah No. 1898. Imam Ibnul Jauzi mengatakan: tidak shahih. Imam Adz Dzahabi mengatakan: batil. Lihat Syaikh Muhammad bin Darwisy bin Muhammad, Asnal Mathalib, Hal. 86)
“
Ada lima malam yang doa tidak akan ditolak: awal malam pada bulan
Rajab, malam nishfu sya’ban, malam Jumat, malam idul fitri, dan malam
hari raya qurban.” (Status hadits: Maudhu’ (palsu). As Silsilah Adh Dhaifah No. 1452. Lihat juga Syaikh Khalid bin Sa’ifan, Ma Yatanaaqaluhu Al ‘Awwam mimma Huwa Mansuub li Khairil Anam, Hal. 14)
“Rajab adalah bulannya Allah, Sya’ban adalah bulanku, dan Ramadhan adalah bulan umatku.” (Status hadits: Dhaif (lemah). Lihat As Silsilah Adh Dhaifah No. 4400. Imam Al Munawi mengutip dari Imam Zainuddin Al ‘Iraqi mengatakan: dhaif jiddan – sangat lemah. Lihat Faidhul Qadir, 4/24)
“Dinamakan Rajab karena di dalamnya banyak kebaikan yang diagungkan (yatarajjaba) bagi Sya’ban dan Ramadhan.” (Status hadits: Maudhu’ (palsu). As Silsilah Adh Dhaifah No. 3708. Lihat juga Imam As Suyuthi, Al Jami’ Ash Shaghir No. 4718)
Dan
masih banyak lagi yang lainnya, seperti shalat raghaib (12 rakaat) pada
hari kamis ba’da maghrib di bulan Rajab (Ini ada dalam kitab Ihya Ulumuddin-nya
Imam Al Ghazali). Segenap ulama seperti Imam An Nawawi mengatakan ini
adalah bid’ah yang buruk dan munkar, juga Imam Ibnu Taimiyah, Imam Ibnu
Nuhas, dan lainnya mengatakan hal serupa).
Imam An Nawawi juga menyebut tidak ada yang shahih tentang puasa Rajab dan keutamannya, seperti yang akan nanti kami kutipkan.
Sekedar ingin berpuasa di Bulan Rajab? Boleh!
Walau
demikian, tidak berarti kelemahan semua riwayat ini menunjukkan
larangan ibadah-ibadah secara global. Melakukan puasa, sedekah,
memotong hewan untuk sedekah, dan amal shalih lainnya adalah perbuatan
mulia dan dianjurkan, kapan pun dilaksanakannya termasuk bulan Rajab (kecuali puasa pada hari-hari terlarang puasa).
Tidak mengapa puasa pada bulan Rajab, seperti puasa senin kamis dan ayyamul bidh
(tanggal 13,14,15 bulan hijriah), sebab ini semua memiliki perintah
secara umum dalam syariat. Tidak mengapa sekedar memotong hewan untuk
disedekahkan, yang keliru adalah meyakini dan MENGKHUSUSKAN
ibadah-ibadah ini dengan fadhilah tertentu yang hanya bisa diraih di
bulan Rajab, dan tidak pada bulan lainnya. Jika seperti ini, maka
membutuhkan dalil shahih yang khusus, baik Al Quran atau As Sunnah yang shahih.
Imam An Nawawi Rahimahullah mengatakan:
وَلَمْ
يَثْبُت فِي صَوْم رَجَب نَهْيٌ وَلَا نَدْبٌ لِعَيْنِهِ ، وَلَكِنَّ
أَصْلَ الصَّوْمِ مَنْدُوبٌ إِلَيْهِ ، وَفِي سُنَن أَبِي دَاوُدَ أَنَّ
رَسُول اللَّه صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَدَبَ إِلَى الصَّوْم
مِنْ الْأَشْهُر الْحُرُم ، وَرَجَب أَحَدهَا . وَاَللَّهُ أَعْلَمُ .
“Tidak ada yang shahih tentang larangan berpuasa pada bulan Rajab, dan tidak shahih pula mengkhususkan puasa pada bulan tersebut, tetapi pada dasarnya berpuasa memang hal yang disunahkan. Terdapat dalam Sunan Abu Daud bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menganjurkan berpuasa pada asyhurul hurum (bulan-bulan haram), dan Rajab termasuk asyhurul hurum. Wallahu A’lam (Al Minhaj Syarh Shahih Muslim, 8/39)
Hadits yang dimaksud Imam An Nawawi berbunyi:
عَنْ مُجِيبَةَ الْبَاهِلِيَّةِ عَنْ أَبِيهَا أَوْ عَمِّهَا أَنَّهُ
أَتَى رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثُمَّ انْطَلَقَ
فَأَتَاهُ بَعْدَ سَنَةٍ وَقَدْ تَغَيَّرَتْ حَالُهُ وَهَيْئَتُهُ فَقَالَ
يَا رَسُولَ اللَّهِ أَمَا تَعْرِفُنِي قَالَ وَمَنْ أَنْتَ قَالَ أَنَا
الْبَاهِلِيُّ الَّذِي جِئْتُكَ عَامَ الْأَوَّلِ قَالَ فَمَا غَيَّرَكَ
وَقَدْ كُنْتَ حَسَنَ الْهَيْئَةِ قَالَ مَا أَكَلْتُ طَعَامًا إِلَّا
بِلَيْلٍ مُنْذُ فَارَقْتُكَ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِمَ عَذَّبْتَ نَفْسَكَ ثُمَّ قَالَ صُمْ شَهْرَ
الصَّبْرِ وَيَوْمًا مِنْ كُلِّ شَهْرٍ قَالَ زِدْنِي فَإِنَّ بِي قُوَّةً
قَالَ صُمْ يَوْمَيْنِ قَالَ زِدْنِي قَالَ صُمْ ثَلَاثَةَ أَيَّامٍ قَالَ
زِدْنِي قَالَ صُمْ مِنْ الْحُرُمِ وَاتْرُكْ صُمْ مِنْ الْحُرُمِ
وَاتْرُكْ صُمْ مِنْ الْحُرُمِ وَاتْرُكْ وَقَالَ بِأَصَابِعِهِ
الثَّلَاثَةِ فَضَمَّهَا ثُمَّ أَرْسَلَهَا
Dari Mujibah Al Bahili, dari ayahnya, atau pamannya, bahwasanya dia memdatangi Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam,
lalu dia pergi. Kemudian mendatangi lagi setelah satu tahun lamanya,
dan dia telah mengalami perubahan baik keadaan dan penampilannya. Dia
berkata: “Wahai Rasulullah, apakah kau mengenali aku?” Nabi bertanya:
“Siapa kamu?” Al Bahili menjawab: “Saya Al Bahili yang datang kepadamu
setahun lalu.” Nabi bertanya:: “Apa yang membuatmu berubah, dahulu kamu
terlihat baik-baik saja?” Al Bahili menjawab: “Sejak berpisah denganmu,
saya tidak makan kecuali hanya malam.” Bersabda Rasulullah: “Kanapa kamu
siksa dirimu?”, lalu bersabda lagi: “Puasalah pada bulan kesaabaran,
dan sehari pada tiap bulannya.” Al Bahili berkata: “Tambahkan, karena
saya masih punya kekuatan.” Beliau bersabda: “Puasalah dua hari.”
Beliau berakata: “Tambahkan.” Beliau bersabda: “Puasalah tiga hari.” Al
Bahili berkata: “Tambahkan untukku.” Nabi bersabda: “Puasalah pada
bulan-bulan haram, dan tinggalkanlah (sebagiannya), Puasalah pada
bulan-bulan haram, dan tinggalkanlah (sebagiannya), Puasalah pada
bulan-bulan haram, dan tinggalkanlah (sebagiannya). Beliau berkata
dengan tiga jari hemarinya, lalu menggenggamnya kemudian dilepaskannya. (HR. Abu Daud No. 2428, Al Baihaqi dalam As Sunan Al Kubra No. 8209, juga Syu’abul Iman No. 3738. Syaikh Sayyid Sabiq mengatakan: sanadnya jayyid. Lihat Fiqhus Sunnah, 1/453. Namun Syaikh Al Albani mendhaifkan dalam berbagai kitabnya, seperti Dhaif Abi Daud, Tahqiq Riyadhish Shalihin, dll)
Wallahu A'lam
Jumhur
ulama - imam tiga madzhab- membolehkan tetap berpuasa pada bulan Rajab
secara umum, sementara kalangan Hanabilah (Hambaliyah) memakruhkannya (Lihat Al Fiqhu 'alal Madzaahib Al Arba'ah, 1/895), sebagaimana juga pendapat Umar bin Al Khathab dan putranya, Radhiallahu 'Anhuma.
Berkata Syaikh Dr. Abdullah Al Faqih:
ومن خلال هذه النقول يتضح لنا جلياً أن
المسألة خلافية بين العلماء، ولا يجوز أن تكون من مسائل النزاع والشقاق
بين المسلمين، بل من قال بقول الجمهور من العلماء لم يثرب عليه، ومن قال
بقول الحنابلة لم يثرب عليه.
وأما صيام بعض رجب، فمتفق على استحبابه عند أهل المذاهب الأربعة لما سبق، وليس بدعة.
ثم إن الراجح من الخلاف المتقدم مذهب الجمهور لا مذهب الحنابلة.
وأما صيام بعض رجب، فمتفق على استحبابه عند أهل المذاهب الأربعة لما سبق، وليس بدعة.
ثم إن الراجح من الخلاف المتقدم مذهب الجمهور لا مذهب الحنابلة.
Pada masalah ini, kami katakan bahwa telah jelas perkara ini telah
diperselisihkan para ulama, dan tidak boleh masalah ini menjadi sebab
pertentangan dan perpecahan di antara kaum muslimin. Bahkan, siapa saja
yang berpendapat seperti jumhur ulama dia tidak boleh dicela, dan siapa
saja yang berpendapat seperti Hanabilah dia juga tidak boleh dicela. Ada
pun berpuasa pada sebagian bulan Rajab, maka telah disepakati
kesunahannya menurut para pengikut empat madzhab sebagaimana penjelasan
lalu, itu bukan bid'ah.
Kemudian, sesungguhnya pendapat yang lebih kuat dari perbedaan pendapat
sebelumnya adalah pendapat jumhur, bukan pendapat Hanabilah. (Fatawa Asy Syabakah Al Islamiyah No. 28322)
sumber : ustadz farid