"Jadi gini..."
"Iyo apo."
"Semalam ketika Nurul bilang tentang jodoh, terus kakak tanya sudah ada yang khitbah atau belum kan. Agak serius lagi, karena ada yang minta cari info. Kalau belum ada, mungkin dia pengen mencoba."
"Siapa kak? Temen kakak?"
"Kakak jawab kalau jawabannya 'belum ada'. Tapi kalau sudah ada, nanti tanya dulu ke dia. Boleh sebut nama gak?"
"Maksudnya?"
"Ia, kan Nurul tanya siapa."
"hoo"
"Kalau memang belum di khitbah, nanti kakak sebuti namanya. Tapi kalau sudah, berarti nanti tanya ke dia dulu."
"Kakak, ana belum siap nikah, gak usah sebut nama ya ka :)"
"Oh gitu, sip. Ok berarti jawabannya belum siap ya. Walaupun kakak gak tau apa alasannya, hehe."
"Iya ka, afwan ya ka."
"Siap."
"Ana kenal dia ka? Tuh kan jadi kepo."
"Ntar kakak suruh dia tunggu sampai Nurul siap, hehe. Iya, kayaknya kenal."
"Jiahh. Nah loh ana kenal yak,hemm"
Oke pembicaraannya saya cut sampai sini. Awalnya saya hanya bertanya masalah video dan instrument yang lupa saya minta ke beliau, biasa untuk persiapan mengisi training di sebuah SMU ternama di bagian Timur, Jakarta. Eh, tetiba beliau menanyakan hal-hal yang sangat tidak saya duga, Masya Allah. Ternyata baru ditanya saja rasanya sudah dag dig dug, walau yang dimaksud belum tahu siapa orangnya. :)
Khitbah (meminang/melamar)? Apasih makna khitbah menurut teman-teman? Khitbah itu ibarat pengikat sebelum ijab terucap. Seorang laki-laki muslim yang akan menikahi seorang muslimah, hendaklah
ia meminang atau melamar terlebih dahulu karena dimungkinkan ia sedang dipinang/dilamar oleh
orang lain. Ini berdasar pada perkataan Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam :
“Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam melarang seseorang membeli barang
yang sedang ditawar (untuk dibeli) oleh saudaranya, dan melarang
seseorang meminang wanita yang telah dipinang sampai orang yang
meminangnya itu meninggalkannya atau mengizinkannya.” (HR Bukhari dan Muslim)
Dalam hal ini Islam melarang seorang laki-laki muslim
meminang wanita yang sedang dipinang oleh orang lain. Tuh kan makanya beliau sebelum melanjutkan ke tahap yang lebih serius, beliau tabayyun dulu ke saya, saya sudah ada "ikatan" dengan orang lain atau belum. Ini penting lho, jangan disepelekan. Jangan sampai, ketika kita ingin menta'arufkan orang lain, kita tidak tahu sebenarnya dia dalam kondisi "sudah diikat" dengan tali yang namanya khitbah atau belum.
Entahlah ini jadi hari penuh dengan tanda tanya. "Lho kenapa tahu-tahu arahnya ke sana?" "Ini tanda sudah semakin menua ya, jadi sudah bisa mengarah ke pembicaraan "khitbah-mengkhitbah"?". Saya baru sadar ternyata memang posisi saya sudah mulai mengarah ke sana ya, faktor umur. :D
Siapa orang itu yak? Jadi penasaran juga. Ah Nurul sudahlah tidak perlu banyak tanda tanya. Tidak perlu risau akan suatu hal yang belum pasti. Ente kepo banget, Rul! Hehe.
Ini masalah pendewasaan sikap, seriuslah ketika ada seseorang yang sedang berbicara mengenai hal yang serius. Siap menempatkan sikap mana waktunya becanda dan mana waktunya untuk serius. Tingkat kesiapan saya sedang diuji olehNYA? Dan ternyata saya belum siap. :)
Mudah-mudahan semakin hari semakin bisa menyiapkan diri. Persiapan bekal saja dulu, fokus perbaiki diri, fokus maksimalkan amanah saat ini, fokus membahagiakan orang tua, dan fokus yang lain-lainnya. Nah, jadi fokus untuk siap nikahnya kapan, Rul? (ngomong sama kaca). Tetapi, target itu harus ada lho. Teruntuk para akhwat (wanita), kita harus punya target, kapan sih kita mau nikah? Nah dari target itu kita sudah mulai menyicil-nyicil kesiapan kita. Agar ketika sudah di depan target, kondisi kita telah "siap" Ahh lagi-lagi, siap itu relatif, bergantung kondisi. Apalagi membicarakan hal yang sangat sensitif, yaitu "Khtibah dan menikah".
04 Maret 2013 - 12.44 am
@ kamar